Saturday, September 10, 2011

Cerpen My Forgive Karya Nur Amnah K

Nur Amnah K
Twitter : @nramnhK
SEPERTI biasa, aku menyempatkan diri untuk melihatnya di depan gerbang sekolah. Tak lama aku menunggu, dia sudah datang. Cowok berkulit putih dengan tinggi 175 cm itu lewat di depanku cuek, aku cuma bisa memandangnya dengan wajah kagum. Tidak hanya aku yang menyukainya, teman dudukku juga. Ya, aku tau dia menyukainya tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa membuat apa-apa. Untungnya Fatiha tidak tau kalau aku menyukainya. Ketika dia melihatku sedang memandangi si cowok yang aku suka, aku langsung memalingkan pandangan agar Fatiha tidak mencurigaiku.
            Aku Anna, tidak usah memakai nama lengkap ya. Aku sekolah di SMA Neg. 5 Bandung. Sekarang aku telah duduk di kelas XII IPA 2. Sedangkan teman dekatku, Fatiha. Dia di kelas XII IPA 3. Yang satu lagi, ya orang yang aku suka. Dia bernama Gito, kelas XII IPA 1. Cowok yang pintar dalam segala hal, menjadi bintang di sekolah, dan mempunyai fisik yang tidak buruk. Menurutku dia sempurna!
            “hei, sedang apa kamu disini?” sahut Fatiha sambil mencolekku.
            “ah? Aku cuma ingin liat-liat pemandangan, heheehe. Kamu?” tanyaku balik.
            “hmm.. aku.....”. belum sempat Fatiha menjawab pertanyaanku, bel sudah berbunyi. Aneh, bel berbunyi lebih cepat dari sebelumnya.
            “perhatian! Perhatian! Semua siswa tolong berkumpul di lapangan, ada pengumuman yang ingin Bapak sampaikan!” teriak Pak Jamal melalui mic. Aku langsung menarik Fatiha lalu mengambil tempat yang menurutku nyaman.
            “anak-anak, Minggu depan akan diakan jalan-jalan ke trans studio. Bagi yang ingin mendaftar, kalian bisa menghubungi anggota osis atau guru wali kelas kalian. Terima kasih!” kata Pak Jamal singkat.
            “yeeeeeiiiii.....” semua siswa bersorak sambil ngobrol hal apa yang harus dilakukan termasuk aku. “eh Fat, mau ikut tidak? Kayaknya seru”.
            “kalau kamu ikut aku juga ikut deh”. Sahut Fatiha tanpa basa-basi
            “hm.. oke, nanti aku yang jemput kamu. Kebetulan sopirku sudah pulang dari kampung”.
            “terserah kamu lah”.
***
            “anak-anak berbaris yang rapi! Bis nya sudah datang.................”
            Sekarang waktunya, semua siswa berbaris rapi karena tidak sabar bermain di trans studio. Aku dan Fatiha mengambil barisan paling belakang, agar kami tidak berdesak-desakan saat naik ke bis itu. Aku mencari-cari sosok itu. Ya, sosok yang membuatku kagum setiap kali melihatnya. ‘Sepertinya dia tidak datang’ kataku dalam hati. Tapi, ketika semuanya sibuk masuk di bis, aku melihat orang yang sangat familiar. ‘ah! Gito datang!’ sorakku dalam hati. Aku melirik Fatiha, apakah dia melakukan hal yang sama denganku atau tidak.
            Aku duduk seperti biasa, bersama Fatiha. Walaupun agak bosan tetapi tidak apalah, Cuma dia satu-satunya teman dekatku. Sedangkan Gito, dia duduk bersama Ade, teman dekatnya juga. Mereka duduk di depanku.
            Tak ku sangka Gito membalik ke tempat dudukku lalu disusul oleh Ade. “hei nama kalian siapa?” kata Gito sambil memberikan tangan.
            “hm..ee..ehm.. aku Anna dan ini......” kataku gugup. Fatiha pun langsung menyambung perkataanku “saya Fatiha!” dengan nada riang.
            “hei Anna, hei Fatiha. Namaku Gito dan ini Ade. Kalian berada di kelas mana?” lanjut Gito. Sepanjang perjalanan kami pun mengobrol akrab, tak ku sangka semua akan begini. Semuanya berlangsung begitu cepat, tapi ada sesuatu yang mengusikku. Ya, kalau Fatiha tahu aku menyukainya apa yang terjadi?.
            Aku dan Fatiha masih bingung mau pilih permainan yang mana, semua arena permainan di penuhi oleh teman-teman sekolah lainnya. Fatiha pun mengusulkan agar kita makan dulu, dan aku pun setuju. Di food court, aku hanya memakan sup ayam. Sedangkan Fatiha kabur entah kemana, aku pikir dia ke toilet.
            Fatiha yang langsung pergi tanpa memakan makanannya terlebih dahulu, ternyata supaya dia bisa dekat sama Gito. Fatiha mengajak Gito ditiga permainan, dan Gito pun setuju-setuju saja. Sementara mereka asyik bermain, aku pun bosan disini. Jadi ku putuskan untuk mencari temanku yang centil itu.
            Tak lama aku mencari, aku melihat Fatiha bersama Gito. Dalam hatiku campur aduk! Ada marah, sedih, kecewa, ah semuanya jadi satu! Apa Fatiha lupa kalau dia pesan makanan? Apa Fatiha lupa kalau dia meninggalkan ku sendiri seperti orang yang kehilangan orang tua? Aku pun langsung menarik tangan Fatiha sampai ke toilet cewek.
            “Fatiha, apakah kamu menyukai Gito?” tanya ku hampir menangis.
            “tidak. Emang kenapa? Kamu menyukainya?” tanya Fatiha balik.
            “kalau tidak, kenapa kamu meninggalkan ku sampai 1 jam lebih demi bersama-sama Gito? kamu jawab pertanyaanku dulu dengan jujur!” suaraku meninggi.
            “hmmm... ya. Aku menyukainya, emang kenapa? Kau juga menyukainya?” jawab Fatiha sok santai.
            “ya. Sejak kelas X, kamu? Apakah kamu lebih duluan dari aku?”
            “iya. Terus lo mau apa? Siapa cepat dia dapat!” kata Fatiha kasar dengan mengeluarkan air mata.
            “terserah kamu.” Singkat ku. Fatiha lalu keluar dan menemui Gito. Sedangkan aku, aku terpaku di toilet sambil menangis tersedu-sedu. Bukan karena aku takut Gito akan menyukai Fatiha, tapi aku takut kalau Fatiha tidak akan berteman akrab lagi denganku.
            “kenapa mata kamu bengkak? Habis nangis ya?” kata Gito.
            “ha? Tidak. Cuma kemasukan air saja.” Sahut Fatiha singkat.
            “oh iya, mana Anna? Aku belum pernah melihatnya” tanya Gito sambil mencari-cari sosok ku.
            “kenapa harus Anna? Kenapa bukan gue? Apakah lo juga menyukai Anna?” suara Fatiha mulai meninggi.
            “kau kenapa? Apa yang salah denganku?” Gito bertanya balik.
            “ jawab pertanyaan gue dulu! Apa lo menyukai Anna?”
            “iya” singkat Gito menundukkan kepalanya. Dengan perkataan “ya” itu, semuanya hancur. Aku dan Fatiha tidak berteman lagi, sedangkan Aldo. Dia menyatakannya, aku masih ragu. Tapi Gito bisa mengerti itu.
            Sudah ku putuskan untuk meminta maaf pada Fatiha. Setiap hari aku selalu ke kelas nya dan ke rumah nya. Walaupun sudah melewati 1 minggu, aku belum menyerah. Hari minggu, aku tau Fatiha sedang berolahraga di lapangan luar sana. Jadi aku duluan masuk ke rumah nya dan bisa bicara dengannya. Aku cuma ketemu dengan pembantunya dan membiarkanku masuk, aku sudah dikenal sama keluarganya. Jadi aku anggap rumah sendiri.
            Aku duduk santai di kamar Fatiha, dia sangat suka doraemon. Tak heran kamarnya di cat biru dengan gambar doraemon di sekitarnya. Aku juga membawa boneka yang dia suka, sengaja. Biarpun bukan hari ulang tahunnya, tapi aku yakin dia akan menerimanya.
            10 menit kemudian, Fatiha berlari menuju kamarnya. Kayaknya dia tahu kalau ada aku disini.
            “sedang apa lo disini?” kata Fatiha kaget.
            “aku ingin minta maaf” jawabku singkat.
            “minta maaf buat apa? Rajin banget”
            “maaf buat segalanya, aku tahu kamu tidak akan secepat ini memaafkanku. Tapi aku berusaha untuk tidak menyerah. Kamu satu-satunya teman baikku, aku merasa kehilangan. Apakah kamu tidak merasakan hal yang sama? Aku tahu kamu tidak akan bicara, jadi besok aku akan kesini lagi” kataku tanpa menunggu perkataan Fatiha.
            Aku lari sambil menangis, tak ku sangka aku cengeng. Aku sengaja meletakkan bingkisan kado itu untuk Fatiha, takut kalau dia tidak akan menerimanya.
***
            Fatiha datang ke kelasku dengan membawa secarik kertas, kemudian mencariku dan menarikku di tempat yang sepi. “apa kamu tidak mendengarku kemarin?” tanya Fatiha mulai lembut.
            “tidak. Emang kenapa?” tanyaku penasaran.
            “aku sudah membaca ini. Dan terima kasih untuk doraemon mu” kata Fatiha sambil memperlihatkan kertas yang dipegangnya.
            “ya sama-sama. Maafkan aku“ kataku.
            “apakah kamu tidak menerima Gito?” tanyanya.
            “tidak” jawab ku singkat.
            “kenapa? Bukan kah kamu menyukainya?”
            “ya. Tapi persahabatan lebih penting daripada cinta”
            Fatiha menangis, aku tak menyangka dia memelukku. Dan berkata “maafin aku, aku yang salah. Aku yang egois, kalian pacaran saja. Aku tidak apa-apa, aku juga sudah melupakannya. Aku tahu ada seseorang yang lebih baik daripada dia”
            “apa kamu tidak apa-apa?”
            “ya, aku tidak apa-apa. Aku bisa mencari yang lain”. Kata Fatiha.
***
            Akhirnya, usahaku tidak sia-sia. Aku baikan lagi sama Fatiha. Sakit hatinya sudah terobati karena Ade. Ya, Ade menyukai Fatiha sejak ketemu di bis trans studio. Aku? Sekarang aku bersama Gito. Aku senang! Semuanya berakhir seperti ini. Happy ending!

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More