Cerpen Cinta 2012 - Hari ini memang banyak sekali kiriman Cerpen Kiriman dari teman-teman diantaranya yakni Cerpen yang satu ini yakni Cerpen Cinta Surat untuk permaisuri "Haifa Najla" karya Mirza, okelah langsung saja untuk membaca Cerpen Cinta Surat untuk permaisuri "Haifa Najla" dibawah ini.
SURAT UNTUK PERMAISURI "HAIFA NAJLA" |
Cerpen Mirza
Hampir tiga tahun sudah Faris Haekal meninggalkan istrinya Haifa Najla di sebuah kota kecil yang merupakan sebuah kota di antara perbatasan Aceh dan Sumatera Utara, kota tersebut merupakan sebuah kota yang menghubungkan antara Aceh dan Medan Sibolga yang sangat terkenal dengan kapur barusnya tersebut, dan juga merupakan sebuah kota tempat seorang tokoh Ulama sufi Aceh yang kontroversial bagi kalangan Ulama ahlussunnah waljamaah Aceh dari dulu sampai sekarang dengan konsep paham “wahdatul wujudnya”.
Hampir tiga tahun sudah Faris Haekal meninggalkan istrinya Haifa Najla di sebuah kota kecil yang merupakan sebuah kota di antara perbatasan Aceh dan Sumatera Utara, kota tersebut merupakan sebuah kota yang menghubungkan antara Aceh dan Medan Sibolga yang sangat terkenal dengan kapur barusnya tersebut, dan juga merupakan sebuah kota tempat seorang tokoh Ulama sufi Aceh yang kontroversial bagi kalangan Ulama ahlussunnah waljamaah Aceh dari dulu sampai sekarang dengan konsep paham “wahdatul wujudnya”.
Namun Muhammad Faris Haekal tak pernah kunjung memberikan kabar kepada sang istrinya semenjak pertama kali ia meninggalkan tanah kelahirannya tersebut. Sang istri saat itu merupakan seorang anak tokoh pemuka agama di kota kecil tersebut yang baru saja dinikahinya dalam tiga bulan terakhir sebelum kepergiannya. Sebelum mereka menikah pada saat itu karena sang ayah yang sudah mengenal begitu dekat dengan Muhd. Faris Haikal yang merupakan seorang pemuda alim, santun, dan berbudi pekerti yang baik yang sagat jarang dijumpai pada pemuda lainnya di saat zaman seperti sekarang ini. Memang ada tapi sangat sulit untuk menemukannya saat ini yang seperti dirinya, seperti sulitnya menemukan sebiji jarum pada setumpuk jerami, atau seperti sulitnya menemukan setitik air di gurun sahara yang tandus bagi musafir yang sedang dilanda kehausan.
Tapi tidaklah menjadi persoalan serius bagi para orang tua di zaman ini, karena semakin lama kita hidup di bumi ini dalam keadaan yang carut-marut di berbagai tempat semakin sulit menemukannya di setiap penjuru dunia. namun ingat, mencari sesuatu atau menginginkan sesuatu yang berharga itu tidak semudah membalik kedua telapak tangan seperti itulah pepatah-pepatah lama menyebutkan. Bagi orang tua yang masih memegang Alquran dan assunah sebagai pedoman hidup sehari-hari maupun dalam kehidupan rumah tangganya, mereka pasti yakin dengan janji-janji Allah swt., setiap yang baik pasti akan menemukan yang baik pula, setiap yang kita semai masih merupakan benih padi maka tidak akan mungkin akan tumbuh pohon jagung, begitupun sebaliknya.
Kalau ada orang-orang bilang kalau zaman ini tidak ada lagi yang bisa kita harapkan untuk menemukan seseorang yang baik yang masih menjunjung kalimah Ilahi dimuka bumi ini itu hanyalah persangkaan belaka yang tidak berlandas dalil-dalil yang kuat, karena ingatlah ketika sebatang emas murni yang berwarna kuning yang jatuh ke dalam segudang kotoran manusia yang kuning juga warnanya tersebut pasti kita masih bisa menemukan sebatang emas tersebut kedalam segudang taik manusia tersebut, namun bukan mencarinya dengan cara hanya melihat-lihatnya saja atau menunggunya supaya suatu saat akan timbul kepermukaan kita, tidaklah sesederhana itu pemikiran kita, justru kita harus ikut terlibat di dalamnya dengan cara membantu memindahkan taik tersebut dengan super hati-hati pula agar emas tidak ikut hilang, kita harus betul-betul proaktif di dalam membongkar isi gudang tersebut yang dipenuhi dengan kotoran kita sendiri tapi jangan takut kotor dan merasa jijik karenanya karena setelah itu kita masih bisa membersihkannya dengan air.
Setelah kepergiannya yang cukup lama itu, sang istri yang di tinggalkan sebelumnya rupanya sedang mengandung anak pertamanya yang tidak pernah dia ketahui. Bukan salah sang istri yang tidak pernah memberitahukan kepadanya, tapi karena waktu itu dia pergi setelah tiga bulan masa pernikahan mereka sehingga tidak sempat dia mendengarkan kabar yang menggembirakan itu. Sebenarnya tujuan kepergiannya saat itu bukanlah kehendak dirinya sendiri melainkan juga atas bujukan sang istri yang mendesaknya untuk pergi ke Negeri malaysia karena saat itu kebetulan di pesantren atau lebih dikenal dengan nama dayah itu mendapat kesempatan bagi pimpinannya untuk memperdalam ilmu agama ke salah satu pondok yang terkenal dengan sufi tasawufnya itu, kebetulan saat itu sang mertua yang merupakan Ayah daripada Istrinya tersebut sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kesempatan tersebut.
Setelah kepergiannya yang cukup lama itu, sang istri yang di tinggalkan sebelumnya rupanya sedang mengandung anak pertamanya yang tidak pernah dia ketahui. Bukan salah sang istri yang tidak pernah memberitahukan kepadanya, tapi karena waktu itu dia pergi setelah tiga bulan masa pernikahan mereka sehingga tidak sempat dia mendengarkan kabar yang menggembirakan itu. Sebenarnya tujuan kepergiannya saat itu bukanlah kehendak dirinya sendiri melainkan juga atas bujukan sang istri yang mendesaknya untuk pergi ke Negeri malaysia karena saat itu kebetulan di pesantren atau lebih dikenal dengan nama dayah itu mendapat kesempatan bagi pimpinannya untuk memperdalam ilmu agama ke salah satu pondok yang terkenal dengan sufi tasawufnya itu, kebetulan saat itu sang mertua yang merupakan Ayah daripada Istrinya tersebut sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kesempatan tersebut.
Akhirnya sang mertua bermusyawarah dengan menantunya tersebut Muhd. Faris Haekal untuk mencari solusinya, sang mertua juga mengerti dan paham saat itu tentang keadaan menantunya tersebut yang baru saja melangsungkan “walimatul ursy” dengan anak satu-satunya tersebut. Kebetulan saat musyawarah juga ikut sang istri yang selalu setia mendampinginya, sang istri juga berfikir tidak mungkin Ayah yang harus pergi, dan kalaupun bukan suami tercinta juga tidak mungkin kalau orang lain yang di suruh pergi karena kesempatan tersebut sangatlah tidak ternilai harganya bagi keluarga tersebut yang sangat haus akan Ilmu Islam, karena walaupun bagi sebagian orang lain yang menganggap enteng dengan masalah ini yaitu mereka-mereka yang cinta dengan kehidupan dunia ini semata.
Tapi bagi keluarga ini tidak demikian, mereka selalu teringat sabda Nabi saw., yang berbunyi “Tuntutlah Ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat” dan “ carilah Ilmu sampai ke negeri China” dan “menuntut Imu itu wajib bagi setiap mukmin laki-laki dan perempuan”. Jadi dengan desakan sang istri tercinta terpaksa haruslah Muhammad Faris Haekal menyutujuinya dengan perasaan beratnya dikala itupun sang mertua juga tidak berkomentar apa-apa tentang keputusan anaknya tersebut. Karena perjalan saat itu termasuk jauh, jadi terpaksa sang istri tinggal untuk menemani sang ayah yang tinggal sendiri lagi, karena sang ibu sudah lama menghadap Yang Maha Kuasa, ketika Haifa Najla masi berumur 10 tahun. Haifa Najla sang istri tercinta terpaksa tinggal untuk merawat ayahnya yang sudah lanjut serta mengurusi berbagai macam persoalan pesantren saat itu yang tidak bisa di tinggalkan begitu saja, akhirnya berangkatlah sang suami tercinta dengan linangan air mata cinta yang begitu dahsyat. Setelah dua tahun berlalu sang istripun menerima sepucuk surat dari sang suami tercintanya yang telah begitu lama meninggalkannya dalam kerinduan.
Assalamualaikum wr wb.,
Istriku tercinta,
…………………………………………………………. … ..
“Kakanda sangat merindukan mu salama hari-hari yang kakanda lalui disini, dan insya Allah tahun depan Kakanda Akan segera kembali kepangkuanmu Istriku tercinta……”
Itulah sepenggal bait surat yang sempat di baca oleh sang istri tercinta, namun tak kuasa air matanya dan kerinduannya juga, yang begitu mendalam sehingga hanya sampai bait tersebut yang mampu di bacanya………. (bersambung)
-Penulis adalah Mahasiswa Gurdacil Bahasa inggris FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Mahasiswa Bulohseuma
fb: Riza Aziz D’Rayyan
CP: 085260461590 MIRZA
CERPEN
Assalamualaikum wr wb.,
Istriku tercinta,
…………………………………………………………. … ..
“Kakanda sangat merindukan mu salama hari-hari yang kakanda lalui disini, dan insya Allah tahun depan Kakanda Akan segera kembali kepangkuanmu Istriku tercinta……”
Itulah sepenggal bait surat yang sempat di baca oleh sang istri tercinta, namun tak kuasa air matanya dan kerinduannya juga, yang begitu mendalam sehingga hanya sampai bait tersebut yang mampu di bacanya………. (bersambung)
-Penulis adalah Mahasiswa Gurdacil Bahasa inggris FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Mahasiswa Bulohseuma
fb: Riza Aziz D’Rayyan
CP: 085260461590 MIRZA
CERPEN
Terimakasih atas kiriman Cerpennya dan kami tunggu untuk kelanjutan Cerpen Cinta Surat untuk permaisuri "Haifa Najla", Kembali ke Cerpen Cinta yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment