Saturday, May 7, 2011

Seni Gerak dalam Pertunjukan Wayang

Berbicara tentang pertunjukan wayang dikandung sejumlah  pengertian, yakni: wayang mengacu pada boneka (sejenisnya), wayang mengacu pada pertunjukan (performance), wayang mengacu pada kisah (lakon), dan wayang mengacu pada orang-orang yang menari. efek-efek yang terdengar dan terlihat (audio-visual effect) dan artis pendukung – perlengapan (dramatis personae dan equipment). Efek-efek yang terdengar dan terlihat dalam pertunjukan wayang yakni: janturan, carita, pocapan (narasi), kepyakan (bunyi yang dihasilkan kepyak dengan tumpuan kotak wayang), dhodhogan (bunyi yang dihasilkan cempala yang dipukulkan pada kotak wayang), sindhenan (alunan bunyi indah yang dilantunkan oleh pesindhen), gerongan (alunan bunyi indah yang dilantunkan oleh wiraswara), sulukan (nyanyian yang dihasikan dalang untuk menciptakan nuansa tertentu), tembang (nyanyian yang dilantunkan oleh dalang, pesinden, niyaga, atau wiraswara), antawecana (percakapan antar tokoh dalam pertunjukan) dan gendhing (melodi, komposisi musik yang mengandung aspek nada dan irama tertentu). Satu efek yang tampak dalam pertunjukan wayang yakni gerak wayang. Untuk menghasilkan efek-efek tersebut diperlukan perlengkapan, yakni: boneka wayang, batang pisang, blencong (lampu), kotak wayang, kepyak (lempengan logam), cempala (pemukul kotak), gamelan (instrumen), dan kelir (layar). Yang dimaksud pendukung pertunjukan yakni: dalang, niyaga, swarawati, dan wiraswara. Satu efek yang terlihat dalam pertunjukan wayang yakni: sabetan. Terdapat dua pengertian sabetan atau puppet movement; yakni pengertian “luas” (gerak wayang secara keseluruhan) dan “sempit” (perang atau fighting), intensitas gerak dinamis. Anggota badan boneka wayang (tangan) hampir semua dapat digerakkan – kedua tangannya atau hanya satu tangannya saja; gerak satu tangan biasanya tokoh yang tangan bagian depan (Durna) ditatah menyatu dengan badan tokoh (raksasa Jurang Grawah, Rambut-geni).

Terdapat pula bentuk-bentuk wayang, seperti: gunungan, senjata, pogon, ampyak (rampogan), dan hewan, yang hanya dapat digerakkan dengan menggetarkan boneka wayang. efek-efek yang terdengar dan terlihat (audio-visual effect) dan artis pendukung – perlengapan (dramatis personae dan equipment). Efek-efek yang terdengar dan terlihat dalam pertunjukan wayang yakni: janturan, carita, pocapan (narasi), kepyakan (bunyi yang dihasilkan kepyak dengan tumpuan kotak wayang), dhodhogan (bunyi yang dihasilkan cempala yang dipukulkan pada kotak wayang), sindhenan (alunan bunyi indah yang dilantunkan oleh pesindhen), gerongan (alunan bunyi indah yang dilantunkan oleh wiraswara), sulukan (nyanyian yang dihasikan dalang untuk menciptakan nuansa tertentu), tembang (nyanyian yang dilantunkan oleh dalang, pesinden, niyaga, atau wiraswara), antawecana (percakapan antar tokoh dalam pertunjukan) dan gendhing (melodi, komposisi musik yang mengandung aspek nada dan irama tertentu). Satu efek yang tampak dalam pertunjukan wayang yakni gerak wayang. Untuk menghasilkan efek-efek tersebut diperlukan perlengkapan, yakni: boneka wayang, batang pisang, blencong (lampu), kotak wayang, kepyak (lempengan logam), cempala (pemukul kotak), gamelan (instrumen), dan kelir (layar). Yang dimaksud pendukung pertunjukan yakni: dalang, niyaga, swarawati, dan wiraswara. Satu efek yang terlihat dalam pertunjukan wayang yakni: sabetan. Terdapat dua pengertian sabetan atau puppet movement; yakni pengertian “luas” (gerak wayang secara keseluruhan) dan “sempit” (perang atau fighting), intensitas gerak dinamis.

Anggota badan boneka wayang (tangan) hampir semua dapat digerakkan – kedua tangannya atau hanya satu tangannya saja; gerak satu tangan biasanya tokoh yang tangan bagian depan (Durna) ditatah menyatu dengan badan tokoh (raksasa Jurang Grawah, Rambut-geni). Terdapat pula bentuk-bentuk wayang, seperti: gunungan, senjata, pogon, ampyak (rampogan), dan hewan, yang hanya dapat digerakkan dengan menggetarkan boneka wayang.

Teori dan Metode
Dalam penelitian ini digunakan teori estetika. Teori ini berpandangan bahwa setiap karya seni memiliki struktur yang secara umum dapat diterima secara ekuivalen, yakni struktur harmoni dan struktur ritme. Fungsi harmoni dalam suatu karya seni yakni memberikan tekanan dan mengelompokkan unsur-unsur bahasa estetik, sehingga karya seni tersebut bersifat unik.

Unsur-unsur tersebut menjadi suatu perbandingan (spektrum) kemungkinan-kemungkinan. Seperti, perbandingan tangga nada terjadi dengan ditemukannya relasi-relasi yang ada di dalamnya. Struktur keharmonisan memberi titik berat dan menggariskan unsur-unsur perbandingan tersebut. Seperti, tekanantekanan memberikan sumbangan daya tarik tertentu yang bersifat unik. Struktur ritme karya seni menentukan unsur yang diarahkan pada suatu gerak.

Penelitian ini menitikberatkan pada pengertian wayang yang mengacu pada seni pertunjukan. Pertunjukan wayang dapat disebut teater total; di dalamnya dikandung sejumlah jenis seni yang diramu menjadi satu kesatuan, yakni: seni drama (sanggit), musik (vokal instrumen), rupa, gerak (tari), dan seni sastra. Di samping itu dalam pertunjukan wayang dikandung pula Gerakan ini memberikan wujud yang menjadikan gerakan tersebut hidup. Gerakan ini bisa dengan ketidakgerakan; seperti hentakan dengan tempo yang tepat dalam dunia teater musik, puisi, maupun tari (Sutrisno, 1994: 138-139). Sedangkan metode atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan, yakni pengumpulan data dengan melakukan aktivitas pendokumentasian dan menyaksikan pertunjukan wayang di Jakarta dan sekitarnya; data yang telah terkumpul diklasifikasikan, diolah, dan dianalisis. Dalam menganalisis data tersebut diperlukan kepustakaan yang memadai; dalam penelitian ini diperlukan studi kepustakaan. Kesimpulan, sebagai intisari penelitian ini, disajikan setelah dilakukan analisis.

Analisa dan Interpretasi
Sabetan (gerak wayang) berasal dari kata sabet, yang artinya pengembat, sebat; disabet berarti diembat, disekat, dibingkah; disabeti berarti dibelasah; nyabet artinya menjatuhkan kartu, melakukan wayang kulit; dan sabet dalam krama inggil berarti pedang (Prawiroatmojo, 1981: 155). Pengertian sabetan, nyabet yang diacu yakni melakukan wayang kulit menggerakkan, menjalankan, memainkan boneka wayang. Gerak wayang menyangkut bagaimana tokoh berbicara, bersikap, dan bertindak dalam hubungannnya dengan tokoh yang lainnya. Dalam suatu gerakan wayang terjadi perpindahan atau perubahan pada tubuh atau sebagaian kecil anggota tubuh boneka-boneka wayang. Djelantik mengatakan bahwa gerak merupakan suatu unsur penunjang yang paling sangat berperan dalam seni tari. Dengan gerak terjadi perubahan atau perpindahan pada tubuh atau pada anggota tubuh atau pada sebagian yang kecil dari anggota tubuh. Gerak (Inggris: movement), melibatkan dua dimensi, yakni dimensi ruang dan dimenasi waktu. Karena keterlibatan dua dimensi ini gerak mempunyai kecepatan. Ini dapat diukur. Karena keterlibatan dimensi ruang terbawalah unsur-unsur dalam seni tari unsur-unsur estetika, seperti simetri, asimetri, keseimbangan, variasi, kontras, dan penonjolan. Karena keterlibatan dimensi waktu dalam seni tari terbawalah unsur-unsur estetika lain, seperti ritme, aritme, tempo dan juga keseimbangan, variasi, kontras, dan penonjolan. Dimensi waktu juga telah mengundang seni karawitan ikut serta dalam mengiringi seni tari, dengan peran yang sangat menentukan. Di samping menunjang seni geraknya dalam tari dengan menentukan ritme dan tempo, seni karawitan sangat membantu mewujudkan suasana yang sesuai dengan apa yang ditarikan (1990: 23).

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More