Friday, April 22, 2011

Naskah Monolog Dorr Karya Putu Wijaya

Berikut ini adalah Naskah Monolog Dorr Karya : Putu Wijaya.

Seperti setiap orang Indonesia saya punya cita-cita. Seperti yang dianjurkan oleh Bung Karno, saya gantungkan cita-cita setinggi langit. Saya panggil dalam mimpi. Gunjingkan dalam setiap kali ada kesempatan. Dan kemudian tentu saja kejar. Kejar sampai babak-belur, jatuh bangun, nafas tercekik. Untuk kemudian berdiri di batas segala usaha. Tapi apa lacur, tangan saya tak memegang apa-apa. Bahkan menyentuhnya pun tak sempat.

Seperti kebanyakan orang Indonesia, saya tertegun. Bingung di pinggir kali besar, deras dan terjal, yang tak memiliki jembatan. Tak punya alat penyebrangan. Sementara saya tak punya keberanian untuk meloncat untung-untungan agar tiba di seberang. Karena tenaga saya terbatas. Karena saya tidak percaya saya akan mampu. Dan karena saya tidak bisa berenang.

Matahari semakin sore. Malam yang pekat, telah terbit di kaki langit. Gumpalan awan hitam telah bergulung dari horison hendak menghitamkan seluruh cakrawala. Waktu saya amat terbatas. Lalu seperti kebanyakan orang Indonesia yang lain, saya membuat keputusan yang tidak saya sukai. Saya angkat tangan dan melambai kepada cita-cita yang tak mampu saya wujudkan itu, bersama puluhan juta orang lain. Menyerah tidak selamanya berarti kalah meskipun memang kalah.

Air mata saya lepas dari kelopak sambung-menyambung seperti kerikil. Kaki saya dihajarnya dengan keras. Sedangkan di dalam hati saya membuka luka yang membuat saya amat malu. Karena cita-cita saya pernah melambung begitu tingginya, sehingga tempat saya berdiri sekarang terasa begitu konyol. Kalau saja saya tidak sejauh itu dulu terbang, mungkin sekali sekarang saya masih memiliki harga diri.

Download Naskahnya Disini

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More