Thursday, January 26, 2012

Cerpen - Syair Kehidupan Dari Ayahku

SYAIR DALAM KEHIDUPAN DARI AYAHKU
Cerpen Rudi Al-Farisi

Seiring waktu, Diumurnya yang hampir masuk 25 tahun, langkah kehidupan Aldo perlahan berubah, hari hari yang ia lalui terasa amat pahit. Dulu hidupnya serba ada, mau apa tinggal beli, kepingin ini itu tinggal minta uang sama ibunya. Maklum saja, Aldo anak semata wayang. Sekarang, roda kehidupannya berubah drastis, terbalik diputar tingkah laku ayahnya yang melakukan sabotase proyek.

Dulunya, ayah Aldo adalah seorang yang sangat tegas. Dengan memegang prinsip islami, hidup mereka dipenuhi suasana agamis. Tetapi semenjak perusahaan milik ayahnya dipercayakan menangani proyek besar tahun itu. Iman ayahnya mulai goyah. Ayah Aldo sering kali menyabotase urusan proyek demi meraup keuntungan lebih. Dan naas, akhirnya ketahuan.

Semenjak ayah Aldo di penjara, perusahaan mereka pun ikut bangkrut. Ironisnya Aldo tidak pernah sekali pun menjenguk ayahnya dipenjara. Aldo belum bisa menerima kenyataan. Semua cerita kejadian ini ia dengar dari ibunya, karena dari kecil, ia tidak mau tahu dari mana datangnya semua kemewahan itu. Dan yang ia dengar dari ibunya, ayahnya dihukum enam bulan penjara. Semenjak itulah Aldo yang menjadi tulang punggung keluarga.

Singkat cerita, Mulai saat itu, Aldo dan ibunya saling bahu membahu dalam memenuhi kebutuhan hidup. sebab, harta mereka semuanya ludes disita dan mereka terpaksa pindah kerumah sewa yang kecil dan sangat sederhana. Aldo bekerja semrautan. Ibunya terpaksa bekerja jadi pembantu dirumah teman ayahnya. Dan demi membiayai skripsi kuliahnya. Aldo terpaksa harus bekerja tambahan di kafe temannya.

Hari demi hari pun berlalu, kuliahnya pun telah selesai. Dan Sifat manja Aldo pun perlahan mulai berubah.

Suatu ketika, Saat itu Aldo baru pulang kerja dari kafe.  Ia lihat jam ditangannya, sudah jam sepuluh malam, “ibu kok belum pulang ya.” suara batinnya.

Tiba-tiba. “Tok.tok..tok..“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam..” jawab Aldo.

Ia lihat, ternyata ibunya. Ibunya pun tersenyum, tapi senyum manis ibunya itu, tidak bisa menghilangkan guratan kelelahan yang tampak di wajahnya.
“Bu.. Aldo mau ngomong, tapi biar Aldo buatkan teh hangat dulu ya..
“Mau bicarakan apa Do, kok kayaknya penting banget..” jawab ibunya santai.
“Bigini bu, Aldo kan sudah lulus kuliah. Rencananya besok Aldo mau cari kerja tambahan. Agar ibu tidak usah lagi bekerja jadi pembantu. Biar Aldo saja yang kerja. ibu istirahat aja dirumah ya..” jelas ku pada ibu.

Ia tatap wajah ibunya. Ada guratan haru yang tampak dari kedua mata ibunya yang berkaca-kaca.
“Alhamdulillah… ternyata anak ibu sudah berubah. Tapi Aldo mau kerja apa.?
“Terserahlah bu.. apa yang diberikan Allah nantinya. Yang penting kita usaha dulu.. Soalnya, Aldo tidak tahan melihat ibu pagi-pagi buta sudah pergi dan malamnya baru pulang.. jawabnya.

Ia lihat mata ibunya. Ternyata air mata ibunya tak terbendung lagi. Tiba-tiba ibunya memeluk Aldo..
“Do… kalau ayahmu tahu, ia pasti bangga denganmu..”
“Sudahlah bu… Aldo kan udah besar. Biar Aldo yang gantikan tugas ayah.”

Ibunya menatap dalam wajah anaknya itu. Tangannya yang lembut memegang kedua pipi Aldo dengan hanyut terbawa haru.

Keesokan harinya. Dia berangkat dengan restu ibunya. Ia langkahkan kedua kakinya dengan semangat. Saat jumpa suatu perusahaan. Ia langsung masuki dan mencoba melamar kerja. Tapi gayung belum bersambut. Ia ditolak. Dan begitu juga selanjutnya. Ia terus mencoba tapi tetap dengan jawaban yang sama.

Tak terasa, hari pun berganti semakin terik. Keringat ditubuhnya hampir-hampir membasahi pakaiannya. Saat ia duduk dihalte bis untuk istirahat sejenak, terdengar dari kejauhan suara azan zhuhur berkumandang ditengah hiruk pikuk kota.

Akhirnya ia putuskan untuk menghadap sang ilahi dahulu sebelum melanjutkan usahanya lagi. Usai sholat, ia bersimpuh dan bermunajat kepada sang Ilahi. Lalu ia kembali menyusuri satu persatu perusahaan yang ada. Tapi tetap dengan jawaban yang sama pula yakni tidak menerima lowongan.
“Rasanya sudah dua belas perusahaan yang aku masuki, tapi tak ada satu pun yang menerima lowongan. “Ya. Rabb.. Bantu aku ya rabb…” rintih batinnya.

Saat melintasi gedung bertingkat yang lebih dari sepuluh lantai. Ia melihat tulisan “Kencana Group” Sebenarnya ia sudah hampir menyerah, dan berniat hendak pulang kerumah. Tetapi batinnya menolak. Dan akhirnya ia putuskan untuk mencoba memasuki gedung itu dan melamar.
“Permisi Mbak… mau nanya, ruang personalianya dimana ya… tanya Aldo kepada gadis yang sibuk bersih-bersihkan kaca gedung itu.

Saat gadis itu membalikkan tubuhnya dan menatap kepada Aldo. Tiba-tiba hati Aldo bergetar dan matanya pun tak berkedip memandangnya. “Sungguh mempesona..” Desah batinnya.
“Oh maaf.. mas masuk aja… Ntar tanya aja ke resepsionisnya.. Maaf ya mas, saya lagi sibuk.
“Oh tak apa.. makasih ya..” jawabnya dengan hati berbunga. “Sungguh halus budinya.” Desah batinnya lagi.

Sambil masih menatap gadis itu. Aldo pun masuk. Sesampainya di resepsionis. ia kembali teringat dengan gadis yang didepan tadi. Jiwanya hanyut dibawa aroma pandangan pertama.
“Maaf mas, ada yang bisa kami bantu.” tanya petugas membuyarkan lamunannya.
“Oh Maaf pak.. begini pak, saya mau ngajukan lamaran kerja pak.. apakah masih ada lowongan pak.. tanyanya sambil menyodorkan map yang ia pegang.”
“Oh maaf mas… disini lagi tidak menerima lowongan. Maaf mas ya…”
“Tapi pak… kerja apa saja saya mau kok pak..”
“Iya mas… tapi disini semuanya lagi penuh.. maaf ya mas..”
“Iyalah... terima kasih pak.. permisi..” jawabnya kecewa.

Hatinya kembali hancur.. dadanya pun sudah berulang kali sesak menahan sabar satu hari itu. rasanya ia ingin pulang saja, ingin rasanya ia curhat pada ibunya. saat ia hendak melangkahkan kaki keluar. Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya.
“Mas..mas..” Rupanya bapak yang tadi. Bapak itu mengatakan aku bisa bekerja di perusahaan itu. tapi hanya bisa menjadi petugas cleaning servis. Karena ada satu orang petugas cleaning servis yang mengundurkan diri hari itu, katanya.
“Bagaimana mas… mau..?” tanya bapak itu.
“Iyalah.. saya mau.. yang penting halal pak..”

Aku pun bergegas pulang. Aku langsung cerita pada ibu. Saat kubilang jadi cleaning servis, mata ibu agak berkaca-kaca.

Tiba-tiba ibunya bertanya. Dan ada guratan kegelisahan yang tampak dari wajah ibunya itu.
“Dimana Aldo akan kerja nak…?
“Di perusahaan Kencana Group bu..” Jawabnya.
“Kencana Group…? ucap ibunya heran.
“Iya bu.. yang dijalan Yos Sudarso itu bu..

Sepertinya ada hal yang dirahasiakan ibunya. wajah ibunya langsung terlihat bingung. Sikap ibunya pun agak salah tingkah.
“Kenapa bu..” tanya Aldo.
“Oh.. tak apa Do.. tak ada apa-apa kok.” Baguslah.. Jawab ibunya terbata-bata..

Singkat cerita, Aldo pun bekerja menjadi cleaning servis. Ia lalui hari demi hari dengan sangat sibuk. Dari pagi hingga sore ia kerja jadi cleaning servis dan bila badannya fit, malamnya ia kerja dikafe temannya untuk cari tambahan.

Ditempat kerja, akhirnya ia bisa kenalan dengan gadis yang memikat hatinya saat melamar dulu. Karena satu profesi, ia pun saling dekat dan mengenal akrab dengannya. Nama gadis itu Dina. Lama kelamaan, rasa cinta dihatinya semakin tumbuh bersemi,  tetapi rasa itu ia pendam dulu untuk sementara. Karena ia rasa, ia belum mampu untuk berhubungan dengan wanita dengan kondisi pekerjaan seperti itu.

Suatu ketika, saat sedang asyik mengepel keramik di depan resepsionis, ia dikejutkan dengan kehadiran sosok wanita setengah baya. Yang baru masuk dari pintu kaca kantor.

Ia melihat ibunya, tapi ia heran dengan dandanan ibunya. Ibunya terlihat rapi. Sama seperti gaya ibunya saat hidup mereka jaya dulu. Wajah ibunya pun semakin terlihat cantik dengan gaun seperti itu. Ia bingung, ada hal apa ibunya datang ketempat kerjanya dengan dandanan seperti itu.

Saat berpapasan wajah. Ibunya berhenti dan terlihat gugup. Tapi tingkahnya tetap tenang. Kami berdua berdiri agak lama dan saling menatap.
“Ibu…?” Ibu kan..” sapanya heran.

Tiba-tiba pengawas kantor datang memarahinya dan menyuruh Aldo tidak berlaku lancang. Dan memerintahkan Aldo untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Maaf bu… ini petugas baru.. ia belum kenal.” jelas pengawas pada ibunya.
“Pak.. bapak kenal dengan ibu saya..? tanyanya bingung.
“Tak apa pak.. biarkan kami berdua.” Jawab ibunya.

Aldo bingung. kok bisa pengawas kenal dengan ibunya. Sepertinya ada hal yang ia tak mengerti. Ada sesuatu yang jauh dari jangkauan pikirannya.

Belum ada kata yang keluar bibir ibunya. Tiba-tiba ibunya mengambil hp dari tas cantiknya. Dan menelpon dengan seseorang. Ia bertambah bingung melihat ibunya mempunyai hp.
“Yah..! Ibu di bawah.. Ibu lagi sama Aldo nih. Kita selesaikan saja ya pa..” ucap ibunya di ponsel.

Kepala Aldo menggunung dengan kebingungan.
“Ayah…? dan apa yang diselesaikan..?“ suara bingung hatinya.

Aldo bertambah kaget melihat semua karyawan berkumpul dan menatap sosok lelaki setengah baya yang baru keluar dari lift.
“Ayaaaah……?” Aldo kaget.
“Ia anakku.. ini ayah.” sambut ayahnya.
“Loh kok..” suara Aldo terhenti saat ayahnya memeluk dengan haru.
“Aldo anakku.. Ayah rindu padamu. Maafkan ayah ya… Ayah dan ibu terpaksa melakukan semua rekayasa ini.” Ini semua demi masa depanmu. Dan demi masa depan perusahaan ini, juga demi masa depan semua karyawan yang ada disini.” Jelas ayahnya tenang.

Ia coba menebak apa yang terjadi. Ia lepaskan pelukan ayahnya dan ditatapnya wajah ayah dan ibunya. Ibunya hanya mengangguk dan tersenyum bangga. Ia lihat semua mata yang ada disitu tertuju pada mereka. Termasuk Dina gadis pujaan hatinya.
“Ada apa ini yah… bu..? tanyanya heran bercampur haru.
“Nanti ayah jelaskan semuanya. Yang jelas ayah lihat, Aldo sekarang sudah jauh berbeda dengan Aldo yang dulu. Ayah bangga padamu. Kamulah satu-satunya harapan ayah untuk meneruskan perusahaan ini. Dan inilah cara ayah dan ibu untuk menciptakan rasa tanggung jawabmu dan juga merubah sifat manjamu.” Jelas ayahnya sambil memeluk Aldo kembali dengan erat.

Akhirnya Aldo pun mengerti dengan semua ini. Yang ia rasakan saat itu cuma perasaan bahagia yang meluap. Ia pun bergegas bersujud syukur pada sang ilahi… ALLAHU AKBAR….

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More