A. Musatofa Bisri atau biasa disapa dengan Gusmus ini dikenal secara luas sebagai penyair pada tahun 1987 ketika K.H Abdurrahman Wahid atau Gusdur menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta dan pada saat itu Taufik Ismail menyelenggarakan "Malam Solidaritas Palestina". Taufiq Ismail menginginkan agar ada yang membacakan Puisi dalam bahasa aslinya, Arab, baru kemudian artinya atau terjemahannya. A. Mustofa Bisri atau Gusmus disurati oleh K.H Abdurrahman Wahid atau Gusdur untuk tampil dalam acara "Malam Solidaritas Palestina". ternyata penampilan pertama A. Mustofa Bisri atau Gusmus itu dinilai sukses oleh para penyair dan media massa..oke langsung saja dibawah ini adalah Kumpulan Puisi Cinta karya A. Mustofa Bisri atau Gusmus
Sajak Cinta
cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya
cinta romeo kepada juliet si majnun qais kepada laila
belum apa-apa
temu pisah kita lebih bermakna
dibandingkan temu-pisah Yusuf dan Zulaikha
rindu-dendam kita melebihi rindu-dendam Adam
dan Hawa
aku adalah ombak samuderamu
yang lari datang bagimu
hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu
aku adalah wangi bungamu
luka berdarah-darah durimu
semilir bagai badai anginmu
aku adalah kicau burungmu
kabut puncak gunungmu
tuah tenungmu
aku adalah titik-titik hurufmu
kata-kata maknamu
aku adalah sinar silau panasmu
dan bayang-bayang hangat mentarimu
bumi pasrah langitmu
aku adalah jasad ruhmu
fayakun kunmu
aku adalah a-k-u
k-a-u
mu
Rembang, 30-9-1995
Seporsi Cinta
(Diilhami oleh kekasih yang lapar)
Seporsi cinta
Tak habis dimakan
Berdua, sayang
Seporsi cinta
Bila tak habis dimakan
Dibuang sayang
1999
Sajak Putih Buat Kekasih
Aku datang pergi berharap dan kecewa
Tapi biarlah
Kasih,
Biar kebersamaan kita dengan demikian
Abadi.
1998
Aku Tak Akan Memperindah Kata-kata
Aku tak akan memperindah kata-kata
Karena aku hanya ingin menyatakan
Cinta dan kebenaran
Adakah yang lebih indah dari
Cinta dan kebenaran
Maka memerlukan kata-kata indah?
1997
Kau dan Aku
Bahagia saat kita duduk di pendapa, kau dan aku.
Dua sosok dua tubuh namun hanya satu jiwa, kau dan aku.
Harum semak dan nyanyi burung menebarkan kehidupan
Pada saat kita memasuki taman, kau dan aku.
Bintang-bintang yang beredar sengaja menatap kita lama-lama;
Bagai bulan kita bagikan cahaya terang bagi mereka.
Kau dan aku, yang tak terpisahkan lagi,
menyatu dalam nikmat tertinggi,
Bebas dari cakap orang, kau dan aku.
Semua burung yang terbang dilangit mengidap iri
Lantaran kita tertawa-tawa riang sekali, kau dan aku.
Sungguh ajaib, kau dan aku, yang duduk bersama disudut
rahasia,
Pada saat yang sama berada di Iraq dan Khorastan, kau dan aku.
0 comments:
Post a Comment