Wednesday, June 8, 2011

Naskah Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari

Cuplikan Naskah Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari

Dewan Hakim yang terhormat, sebelumnya perkenankan saya meralat ucapan jaksa, ini bukan pembelaan.  Saya tidak merasa akan melakukan pembelaan terhadap diri saya sendiri, karena ini bukan pembenaran.  Apapun yang akan saya katakana adalah hitam putih diri saya, merah biru abu-abu saya, belang loreng, gelap cahaya diri saya.  Nama saya Sumarah.  Seorang perempuan, seorang TKW, seorang pembunuh, dan seorang pesakitan.  Benar atau salah yang saya katakana menurut apa dan siapa, saya tidak peduli.  ini kali terakhir, saya biarkan mulut saya bicara.  Untuk itu, Dewan Hakim yang terhormat biarkan saya bicara, jangan ditanya dan jangan dipotong, kala waktunya berhenti, saya akan diam, selamanya.

Saya tidak butuh pembela, saya tidak butuh penasihat hokum.  Karena saya tidak mampu membayarnya.  Saya juga tidak mampu dan tidak mau memberikan selipan uang pada siapapun untuk melicinkan pembebasan dari segala tuduhan.  Toh semua sudah jelas!  Semua tuduhan terhadap saya, benar adanya.  Segala ancaman hokum, vonis mati, saya terima tanpa pembelaan, banding atau apalah namanya.

Kematian adalah kelahiran yang kedua.  Untuk apa berkelit kalau memang itu sudah winarah dalam hidup saya.

Sudahlah…. saya tidak perlu empati dan rasa kasihan.  Dari pengalaman hidup saya mengajarkan sangat…. sangat jarang dan hampir tak ada sesuatu yang tanpa imbalan dan resiko.  Juga rasa empati.

Yang jelas. sekarang biarkan dulu saya bicara tentang apa saja.  Penting atau tidak penting bagi dewan hakim, atau bagi siapapun, saya tidak peduli.  Apapun yang ingin saya lakukan biarkan seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir.  Mengalir ke mana pun curah yang mungkin terambah.  Mungkin mengendap di sela-sela jepitan hidup orang mungkin menabrak cadas batu dalam kepala orang, meniumbul riak, mungkin meluncur begitu saja bersama Lumpur kehidupan, tahi, dan rentanya helai-helai kemanusiaan, atau bahkan meluap-luap, menggenangi seluruh muka busuk para majikan, para penguasa hingga coro-coro kota.

Download Naskah Monolog Balada Sumarah : Disini

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More