Berikut ini adalah Naskah Drama Remaja Anting Karya Imran Laha
Sinopsis Naskah Drama Remaja Anting
Perjalanan seorang Gadis muda yang bernama Siti untuk memusnahkan Anting. Semua telah ia rencanakan dan meracik sesuatu untuk membuktikan bahwa anting itu sesuatu yang tak berguna. Segala hal ia lakukan untuk membuktikan bahwa perempuan bisa jadi perempuan tanpa anting. Yang akhirnya ia harus terbunuh sebagai perempuan yang tak bertindik, bahkan tak bertelinga.
Para Pemain Naskah Drama Remaja Anting
- Gadis Botak/Siti
- Pria Mohwak
- Teman
- Guru
- Murid-murid
- Perempuan Muda
- Nenek
- Suami
- Istri
- Siti Kecil
Cuplikan Dialog Naskah Drama Remaja Anting
SUARA WANITA
Inilah yang kau inginkan. Daging lebih di dadaku. Entah itu berukuran kecil atau besar, kau tak peduli. Ada juga liang di selangkanganku yang kau andaikan bibir dari surga. Dengan kedua itu, tak perlu sebuah tindikan dan anting untuk mengatakanku seorang wanita.
SUARA LELAKI
Biarlah adegan ini cepat mencapai. Jangan-jangan malam ini ada razia di setiap hotel. Umurku masih 17 tahun dan Perempuan ini belum juga istriku ... ah aku lupa, besok hari terakhir pembayaran SPP, kemana harus kucari uangnya. Coba tadi aku dan perempuan ini patungan membayar hotel ...
SUARA WANITA
Kau bisa menikmati misteri tubuh yang bernama wanita. Jangan lewatkan setiap detailnya, karena pasti kau akan menyesal. Di kala seperti itu, kau akan meminta lagi. Dan aku tak yakin punya waktu denganmu lagi ... keyakinanku hanya satu, yaitu selama waktu itu berjalan, kau hanya bisa onani dengan rasa penasaran ... aku tanya sekali lagi, perlukah anting untuk membuatmu penasaran?
SUARA LELAKI
Tak penting untukku senggama yang romantis. Bila jebol, aku merasa telah hidup di umur dewasa. Keperawananmu adalah mahkota untukku. Saat kurenggut, akulah raja. Saat itupun bisa kuludahi wajah kerut dan sok tua para pendahulu. Mereka hanya segumpal nasihat yang melewati muda tidak seperti ini. Lihat rambutku, telah kuubani dengan ketabuan. Setiap detik kupikir adalah Doggy Style. Apakah orang tua berpikir seperti itu juga? Mereka malu. Padahal itu untuk kemajuan. Dasar kampungan! Aku tak pernah mendapatkan ini dari mereka. Ini adalah imajinasiku. Sungguh aku sangat jenius...
0 comments:
Post a Comment